Rabu, 13 Maret 2013

Posted by Novin Herdian on 11.26 No comments
Javier Adelmar Zanetti, mungkin begitu nama lengkapnya di KTP (Yelah..di Argentina ada KTP juga?). Tepat Agustus 2013 Ia akan berusia 40 tahun. Umur tabu dan patut diperdebatkan (si*let kali) untuk seorang pesepakbola professional. Umur segitu inget bokap yang pensiun main bola gegara cedera tulang bahu. Tapi lihat Zanetti, di bahu kiri-nya melingkar simbol kedewasaan dalam balutan ban kapten.

Zanetti sejak 1999 adalah kapten untuk gue. Untuk tim yang gue cinta melebihi pacar sendiri (dulu). Dan untuk orang yang ingin belajar arti sepakbola sesungguhnya.

Gue suka sama Inter emang baru dari tahun 2003. Tepat di 10 tahun gue dukung Inter, Zanetti juga tepat melakukan 600 laga di Serie-A bersama tim yang ia bela selepas dari Banfield. 

Dari tahun 2003 hingga 2013 apa yang berbeda dari Zanetti? Tidak ada.
Zanetti tetap mempertahankan gaya rambut belah pinggirnya diantara Messi dan Ronaldo yang juga sering mengubah model rambut. Rambut Pupi tetap hitam agak coklat diantara rambut Ryan Giggs (yang umurnya sama) yang mulai memutih. Siapa Pupi pin? Momen pertama gue mendengar pemain Inter memanggil Pupi adalah ketika Samir Handanovic memanggil Zanetti untuk mengatur posisi saat Corner Kick untuk Spurs di leg-1 babak 16 Besar Europa League 2012/2013. Pupi adalah nama panggilan Zanetti. Entah tak ada artinya, tapi panggilan Pupi terasa lebih girly jika dibandingkan julukannya yakni Il Tractor (Sang Traktor). Julukan Il Tractor ini pun lahir atas kemampuan bermain Zanetti di dalam lapangan. Zanetti bisa ditempatkan di mana saja. Bek kiri, Bek kanan. Bek tengah, Libero, Gelandang Sayap bahkan gue yakin dia bisa menjalankan tugas sebagai seorang striker.

Tentang laga ke-600
Laga ke 600 di Serie-A sungguh sangat spesial karena memperingati Hari Jadi Inter yang ke 105 tahun. Bahkan jersey khusus dibuat untuk sang kapten.
Namun, kado pahit yang ia rasakan.

Pertandingan yang berlangsung di kandang sendiri justru memberikan kado yang teramat tidak diharapkan. Inter kalah 0-1 dari klub yang mereka kalahkan sebulan sebelumnya di tempat yang sama, di ajang yang berbeda Coppa Italia. Ya, Bologna.
Namun seperti biasa, optimisme tetap membumbung di hatinya. Hati yang ia berikan sepenuhnya untuk Inter. Ia selalu berusaha tetap tenang dan menyemangati pemain lain. Andaikan gue ketemu sama dia, gue kayanya jadi diem dan gak bisa bercanda. Kharisma-nya juara sekalipun lu nonton dia di TV.

Postingan ini agak serius ketimbang postingan gue yang biasanya ya? Ya..soalnya gue ngeri kalo Zanetti gak ketawa, jadi mending serius dikit aja dulu.
Grande Zanetti, Forza Internazionale, Mi fai tremare il cuore, Mi fai smettere di respirare..

0 JAMBLANG!:

Posting Komentar